Aku terkadang heran dengan diriku sendiri. Di satu sisi aku adalah sosok manusia yang pendiam, manusia yang jarang berinteraksi dengan sesama manusia lain. Aku begitu menutup diri dari pergaulan. Terkadang cuek, apatis, atau autis. Ada orang di depanku pun aku cuek saja, yah rasanya begitu nikmat menjadi orang yang autis, hanya aku saja yang tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri. Hanya aku dan Allah SWT, bahkan orang terdekat-pun seperti sahabat, orang tua, dll tak boleh tahu apa yang ada di dalam otakku. Di saat seperti itulah aku terkadang mendapatkan ide yang begitu luar biasa. Siap mengguncang dunia, sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Tiba-tiba saja aku merasa lebih hebat dari seorang JK Rowling sekalipun, Andrea Hirata, bahkan siapa saja. Aku merasa bisa menulis buku yang begitu tebal, begitu hebat, spectakular, masterpiece, orang-orang akan merasa begitu luar biasa dengan tulisanku.
Bahkan saat membuat tulisan ini pun tiba-tiba aku merasa seperti orang lain. Yupz, tiba-tiba aku merasa seperti mengetahui segalanya tentang dunia penulisan. Hanya aku yang boleh tahu apa yang aku rasakan. Di saat seorang diri, pikiran gundah, tak jelas, tak beraturan seperti ini, Aku merasa setelah menulis dan mencurahkan segala pikiranku, aku akan menjadi orang yang hebat. Entah mengapa, entah dari mana tiba-tiba saja pikiran itu muncul.
Dengan menulis, rasanya segala masalah yang ada dalam pikiranku langsung plong, nikmat. Yah aku sangat menyukai perasaan ini. Aku menulis di saat pikiranku terbang ke mana-mana. Di saat aku bukanlah diriku. Tiba-tiba aku merasa menjadi orang hebat layaknya superman, yah mungkin karena didikan salah satu pengajarku yang mengatakan “Tulislah apa yang kamu pikirkan” cukup tuliskan apa saja yang ada di dalam pikiranmu. Tulisan adalah layaknya sebuah bendungan yah jangan ada batasan apa yang akan ditulis”
Seorang sahabatku bertanya, “Mau nulis apa man?”. Ku hanya menjawab “Yah pokoknya menulis”. Menulis apa yang ada di otak. Biarkan pena mengalir dengan sendirinya. Kata demi kata, kalimat demi kalimat.
Syarat kedua ialah jangan pernah takut merasa salah jangan pernah membatasi apa yang ada di otak. Ide ide gila bisa tiba-tiba muncul. Yah di saat pikiran tidak fokus pada sesuatu aku malah merasa ide ide itu begitu saja muncul. Harus langsung dituliskan! Tulis! Tulis! Tulis! Tulis apa saja yang ada dalam pikiran. Jangan pernah takut salah. Jangan terlalu perfeksionis. Justru keinginan untuk membuat tulisan yang perfeksionis bisa membuat ide-ide itu terhambat.
Bebaskan pikiran! Jangan terlalu fokus pada satu hal. Dengan ini yakinlah kamu akan membuat sesuatu yang spektakuler. Sesuatu yang spektakuler justru muncul di saat pikiran tidak fokus. Pikiran dibuat mengalir seperti orang gila. Tak jelas ingin menulis apa. Namun tiba-tiba saja saat otak mulai kembali sadar maka aku seringkali menemukan tulisanku begitu luar biasa.
Aku malah sering berpikir, “Apakah ini tulisanku? Hahaha keren banget. Padahal tadi ngasal. Cuman iseng mengisi waktu luang karena ga ada kerjaan. Hasilnya kok bisa keren gini yah? Ini pasti bukan tulisanku!”
Yah tiba-tiba saja aku melihat tulisanku bisa muncul dalam gaya yang berbeda. Terkadang tulisanku argumentatif, deskriptif, naratif, eksposisi, putif, dll. Terkadang bisa serius dengan sesuai EYD, terkadang tanpa pola. Aku baru sadar jenis tulisanku begitu tulisan itu selesai. Wow, kok tiba-tiba jadi pengalaman pribadi yah? Sangat narasi. Jadi tiba-tiba kepikiran kucing, jadi ingin nulis tentang kucing.
Wow, tiba-tiba jadi banyak penjelasan begini yah. Haha aneh sekali tulisanku tadi. Wow, jadi nulis tentang Persib gini yah padahal niatnya ingin nulis tentang dahsyatnya doa. Loh kok malah nyambung ke Persib? Tapi dipikir-pikir malah bagus yah, padahal tadi mikirnya bercabang. Kok tiba-tiba nulis tentang Maradona? Tiba-tiba aku kesal pada Maradona karena tak mampu mengoptimalkan pemain bintang. Padahal percaya atau tidak, saat itu pikiranku sedang kacau karena berbagai masalah pribadi.
Menulis bisa menjadi sebuah “pelarian” dari masalah. Dengan menulis rasanya masalah yang ada langsung terlupakan. Kuncinya write, write, write. Jangan pikirkan tanda baca. Bebaskan pikiran. Jangan dulu terpaku pada benar atau salah. Biarkanlah walaupun yang tertanam pada otak begitu liar. Jangan berpikir “wah tadi sudah ditulis, takut ini takut itu”. Wah kebebasan berkreatifitas bisa terbelenggu. Tulis-tulis sajalah. Apa saja. Walaupun tentang pengalaman menulis itu sendiri.
(ditulis setelah kejadian aneh di masjid Habiburahman, malam terakhir Ramadhan 18 September 2009)
Komentar dari kang Asep Saepul Mimbar:
“Luzman, menulislah secara kreatif dan imajinatif, tapi tetap tujuannya adalah untuk kebaikan atau dakwah. Mang Asep percaya, Luzman bisa melakukannya dengan baik.”
Cara Mudah Dapat Kompensasi Listrik dari PLN, Lumayan Loh!
-
Beberapa waktu lalu, Jabodetabek dihebohkan dengan pemadaman massal. Tapi,
jangan khawatir, kamu dapat kompensasi loh dari PLN! Di sini saya mau
cerita yan...
5 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
silakan komentarnya..
kalo gak punya blog, pilihnya name/url.. urlnya kosongin aja.. okey.. thx a lot